PEMIMPIN YANG MENEKANKAN KEJUJURAN (I)
Kesejahteraan hidup sebagai seorang pemimpin telah dipenuhi oleh Khalifah Umar bin Khattab kepada gabenor yang berkhidmat di pelbagai wilayah. Namun, kesederhanaan dan kejujuran merupakan perkara yang amat ditekankan. Oleh karena itu, Umar cepat menunjukkan ketidaksukaannya ketika mendapati adanya pemimpin yang tidak berpola hidup sederhana.
Suatu ketika, Khalifah Umar berkunjung ke Syam dengan menunggang keledainya. Gabenor Muawiyah menyambut kedatangannya dengan pengawalan yang ketat dan kereta kuda emas. Melihat hal itu, Umar sedikit hairan. Maka, ketika Muawiyah turun menyambut kedatangannya dan memberi salam, Umar terus saja berjalan. Abdurrahman bin Auf, yang mendampingi Umar, berkata kepada beliau, "Engkau tidak menghargai apa yang telah dilakukannya, wahai Amirul Mukminin. Apa tidak sebaiknya engkau berbicara kepadanya?."
Umar kemudian bertanya kepada Muawiyah: "Apakah kereta kuda emas ini milik engkau?."
"Ya," jawab Muawiyah.
"Mengapa engkau melakukan hal itu?." tanya Umar lagi.
Dengan tegas, Muawiyah menjawab, "Di daerah kami, ramai pengintip musuh. Jika kami tidak mempersiapkan sejumlah pasukan, kami khawatir mereka akan menyerang kita. Sedangkan kereta ini adalah untuk menjagaku dari serangan orang yang bermaksud jahat kepadaku. Aku adalah seorang pegawaimu, jika engkau menyuruhku untuk mengurangi tindakanku, aku akan menguranginya. Jika engkau menyuruhku untuk menambah, aku akan menambahnya. Dan jika engkau menyuruhku untuk berhenti, aku akan berhenti."
Khalifah Umar kemudian memberikan arahan yang menyentuh perasaan, "Setiap kali aku meminta, maka engkau akan memenuhinya. Jika engkau jujur, tindakanmu benar. Akan tetapi, jika engkau berdusta, tindakanmu salah. Aku tidak akan menyuruhmu atau melarangmu."
Dari kisah di atas, pelajaran yang dapat kita ambil adalah:
1. Prinsip yang ditanamkan oleh Khalifah Umar menjadikan setiap orang mampu menilai sendiri, apakah tindakan yang dilakukannya benar atau terlalu mengada-ada hanya demi kepentingan peribadi yang diselubungi alasan-alasan yang terkesan masuk akal.
2. Kejujuran dan kesederhanaan membuat seorang pemimpin memiliki alasan yang benar jika harus memiliki sesuatu.
Oleh: Drs. H. Ahmad Yani