PEMIMPIN YANG TIDAK MARAH DITEGUR SIAPAPUN
Khalifah Umar bin Abdul Aziz merupakan salah seorang khalifah yang sangat berhasil dalam memimpin meskipun masa kepemimpinannya berlangsung sangat singkat, yakni tidak sampai tiga tahun. Salah satu keberhasilannya adalah kerana sokongan dari anggota keluarga, khususnya dari salah satu dari lima belas anaknya yang bernama Abdul Malik.
Ketika Umar bin Abdul Aziz telah menerima jawatan sebagai khalifah, dia merasa perlu beristirahat kerana keadaan badannya yang sudah amat lelah dan mata yang sudah amat ngantuk. Namun, baru saja dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan meletakkan kepalanya di atas bantal, tiba-tiba datang Abdul Malik lalu berkata, "Apa yang akan ayah lakukan sekarang?."
"Aku ingin istirahat sejenak anakku," jawab Umar.
"Apakah ayah akan beristirahat, padahal ayah belum mengembalikan harta rakyat yang dirampas secara zalim kepada yang berhak?."
"Aku akan lakukan semua itu nanti setelah zuhur, semalam aku tidak boleh tidur kerana mengurus bapa saudaramu," jawab Umar.
"Ayah, siapa yang boleh memberi jaminan bahwa ayah akan tetap hidup sampai zuhur nanti?." tanya Abdul Malik lagi menghentak.
Mendengar pertanyaan anaknya itu, terbakar rasanya semangatnya sehingga seperti hilang rasa ngantuk dan lelah yang dialaminya. la berkata, "Nak...mendekatlah kepadaku."
Setelah Abdul Malik mendekat, Umar mencium keningnya lalu berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku anak keturunan yang membantuku dalam agamaku."
Khalifah Umar bin Abdul Aziz segera bangkit dari tempat tidurnya dan ia pun mengumumkan: "Barangsiapa yang hartanya telah diambil secara zalim, maka hendaklah la mengangkat permasalahannya."
Suatu ketika, Umar mengumpulkan para ulama untuk dimintai pendapat mereka tentang harta rakyat yang diambil secara zalim oleh penguasa terdahulu. Namun, para ulama mengatakan bahwa hal itu bukanlah dosa Umar kerana terjadi bukan pada masa pemerintahannya. Lantas itu, Umar tidak puas dengan pendapat ulama tersebut. la pun merasa perlu bertanya kepada anaknya, Abdul Malik.
"Aku berpendapat bahwa engkau harus mengembalikan harta itu kepada pemilikinya selama engkau mengetahui permasalahannya. Kalau engkau tidak melakukannya, bererti engkau terlibat bersama mereka yang telah mengambil harta itu secara zalim." Tegas Abdul Malik.
Mendengar jawapan anaknya, Umar menjadi lega dan senang hatinya. Teguran, nasihat, dan input yang baik dari siapa pun dan dengan cara apa pun disampaikan merupakan hal yang amat penting untuk didengar oleh seorang pemimpin. Jadi, bukannya malah ia marah kerana cara mengutarakan atau bahasa yang tidak sopan.
Dari kisah di atas, pelajaran yang dapat kita ambil adalah:
1. Kritik dan saranan merupakan sesuatu yang amat diperlukan oleh pemimpin.
2. Seorang pemimpin lebih mengutamakan isi pembicaraan daripada siapa yang bicara atau bagaimana cara ia berbicara.
Oleh: Drs. H. Ahmad Yani